Selasa, 01 Juni 2010

Manusia dan keindahan

EKSISTENSI

Sebagai mahluk bebas, pada umumnya manusia memiliki ‘mimpi’, bagaimana dia ingin dirinya berposisi atau berperan di masa depan. Mimpi yang saya maksud adalah harapan atau cita-cita yang besar, yang ingin dapat terjuwud di masa depan.
Pada kenyataannya masa depan adalah misteri yang tak dapat dikendalikan oleh manusia. Hal terjauh yang bisa dilakukan oleh manusia adalah memprediksi berbagai kemungkinan yang akan dihadapinya di masa depan. Masa depan tidak dapat dipastikan karena kehidupan manusia di dunia ini kaya akan perubahan.
Perubahan tersebut terjadi karena faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat di dalam diri manusia itu sendiri, seperti faktor psikologis, intelektualitas, spiritual. Faktor eksternal atau faktor di luar manusia itu sendiri misalnya lingkungan sosial, budaya, dan pendidikan. Namun kedua faktor tersebut terpaut satu sama lain.
Sebagaimana kehidupan, ‘mimpi’ seseorang pun turut berkembang, sesuai dengan perkembangan psikologis, intelektualitas, dan spiritualnya. Hal tersebut dikarenakan faktor-faktor sekitar yang memberikan pengaruh bagi perkembangan pemikiran seseorang. Salah satu faktor utama yang memiliki pengaruh yang besar bagi perkembangan pemikiran dan psikologis seseorang adalah keluarga.
Peran orang tua terhadap perkembangan psikologis, karakter, intelektualitas, dan spiritual anak sangat besar. Besarnya pengaruh orang tua terhadap anak bisa merupakan hal yang baik namun tidak menutup kemungkinan dapat berkembang ke
arah yang negatif, dimana harapan dapat berubah menjadi tuntutan. Perilaku tersebut yang seringkali secara sadar atau tidak justru membuat anak-anak mengalami tekanan psikologis,
Semua orang tua normal tentu menginginkan hal terbaik untuk anak, namun kadang niat baik itu menjadi sedemikian berlebihan sehingga mereka tidak melihat anak sebagai individu yang otonom, yang bisa memiliki mimpi yang jauh berbeda dari yang mereka prediksi. Begitu besarnya pengaruh yang diberikan orang tua kepada anak seringkali menempatkan anak ke dalam sebuah kondisi tekanan psikologis yang mengakibatkan rasa percaya dirinya tak terbangun, sehingga tidak dapat secara jelas melihat apa yang diinginkannya sebagai seorang individu.
Anak yang berada dalam tekanan orang tua dihadapkan pada konflik yang lebih besar untuk proses menjadi manusia dewasa. Konflik yang dialami oleh seorang anak dalam masa perkembangan menuju dewasa dapat menjadikannya kehilangan keyakinan akan mimpi, keinginan, dan akhirnya kehilangan kepercayaan
diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar